[World] AS Susupkan Software Mata-mata di Lebih 30 Negara

Piranti lunak itu disusupkan sejak 15 tahun lalu. imageRetas jaringan komputer (iStock)♘

Perusahaan keamanan komputer asal Rusia, Kaspersky Lab, menguak fakta baru terkait hacker mata-mata. Beberapa komputer negara di dunia telah ditanami software mata-mata yang terhubung dengan salah satu badan intelijen Amerika Serikat, NSA (National Security Agency).

Software mata-mata itu telah ditanam sejak lama di komputer hard drive milik pemerintahan di seluruh dunia. Mereka menyasar beberapa institusi seperti departeme pemerintah, perbankan, dan lainnya.

Menurut Kaspersky, hacker yang berada di balik itu adalah kelompok bernama Equation Group. Dalam prediksi perusahaan keamanan itu, Equation telah menginfeksi komputer di lebih dari 30 negara, termasuk Afghanistan, Tiongkok, Iran, Pakistan, Suriah dan Rusia.

Meski Kaspersky tidak menunjuk hubungan Equation dengan organisasi lain, Reuters melaporkan NSA dianggap bertanggung jawab terhadap aksi mata-mata tersebut. Kaspersky menggambarkan jika aksi mata-mata itu sangat berhubungan erat dengan Stuxnet, sebuah progran senjata siber besutan NSA untuk menyerang program nuklir Iran lewat jaringan komputer.

Dilansir dari Sputnik News, Rabu 18 Februari 2015, mantan pekerja NSA mengatakan kepada Reuters jika software mata-mata di hard drive komputer itu dibuat oleh sejumlah perusahaan seperti Digital Corp, IBM, Micron, Samsung, Seagate, Toshiba, dan Western Digital. Ini dianggap sebagai teknik dan program NSA yang paling berharga.

Data Kaspersky menunjukkan jika korban dari software mata-mata ini terdiri dari 500 PC yang tersebar di banyak organisasi di dunia. Tidak hanya dari pemerintahan tapi juga institusi militer, perusahaan telekomunikasi, energi, peneliti nuklir, institusi keuangan, media, dan perusahaan kriptografi, dan juga aktivis Islam.

Pemerintahan, militer, energi di Iran dan Rusia memang kerap menjadi target malware. Jika dirunut, software mata-mata itu telah bersembunyi sejak 15 tahun lalu, disusupi dari firmware komputer dan bisa menginfeksi secara berulang.(ren)


  Vivanews