Manajemen PT Pertamina (Persero) meyakini pengoperasian kilang pengolahan minyak milik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban akan meningkatkan angka produksi bahan bakar minyak (BBM) nasional.
Bahkan, Presiden Direktur Pertamina, Dwi Soetjipto mengklaim pengoperasiaan kilang dengan kapasitas 100 ribu barel per hari (bph) tersebut mampu menambah jumlah produksi BBM perseroan mencapai 15 persen.
“Dan paling penting dia (kilang) akan meningkatkan 10-15 persen produksi nasional dan itu akan kurangi impor (BBM),” ujar Dwi di Jakarta, Senin (28/9).
Dwi mengatakan, untuk mengoperasikan kilang pengolahan minyak milik TPPI pihaknya mengaku tengah melakukan finalisasi terkait rencana pembelian sejumlah saham miliki Argo Capital BV guna mendapatkan hak pengelolaan atas fasilitas tersebut.
Meski begitu, mantan Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk ini masih enggan membeberkan nilai pembelian terhadap saham Argo Capital.
“Nanti kita harapkan (finalisasi) bisa segera selesai di pertengahan Oktober. Kalau 1 Oktober itu mulai beroperasikan, jadi aset yang sudah lama tidak termanfaatkan ini bisa utilisasi,” tuturnya.
Akuisisi Saham Argo
Di kesempatan berbeda, Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan pihaknya masih menyelesaikan sejumlah administrasi terkait pembelian 26,61 persen saham Argo.
Jika saat ini Pertamina telah memegang sebesar 21,98 persen, itu artinya setelah proses ini perusahaan migas pelat tersebut akan mengempit 48,59 persen saham TPPI.
“Kalau sudah selesai pasti akan kami infokan,” tutur Wuianda.
Seperti yang diketahui, saat ini komposisi saham TPPI digenggam oleh Pertamina mencapai 26,61 persen, Tuban Petrochemical Industries sebesar 19,16 persen, Vitol BV sekitar 8,81 persen, Polytama Propindo 6,77 persen, Tuban Petroxhemicals Pte 5,15 persen, Nippon Catalyst Pte 4,51 persen, UOP 4,02 persen, Sijitz Corp 1,07 persen dan investor lain sekitar satu persen.
Lantaran perseroan dinilai tak mampu membayar utang sebesar US$ 1,8 miliar, kilang pengolahan TPPI pun tak lagi dioperasikan hingga pada akhirnya Kepolisian Republik Indonesia menyidik adanya kasus kongkalikong dalam pembelian kondesat yang menjadi bahan baku. (dim/dim)
★ CNN