Pemerintah menolak penawaran Rusia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Penolakan ini dilakukan karena pemerintah menanggap Indonesia belum memerlukan tenaga nuklir sebagai alternatif energi listrik.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil setelah menerima kunjungan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikael Yurievich Galuzin di kantornya, Senin (22/12) pagi.
“Mereka mengatakan punya kemampuan teknologi yang bagus dalam bidang PLTN. Tapi, saya katakan bahwa rencana membangun PLTN masih jauh. Pemerintah belum pikirkan itu,” kata Sofyan kepada wartawan seusai pertemuan.
Mantan Menteri BUMN tersebut mengungkapkan pemerintah memang memiliki proyek besar untuk membangun pembangkit listrik sebesar 35 ribu megawatt dalam lima tahun kedepan. Namun, pemerintah akan lebih mengoptimalkan sumber energi seperti batu bara dan gas.
“Untuk target 35 ribu MW, itu yang paling tepat dan tidak kontroversial. Pembangunan PLTN perlu melakukan studi lebih lanjut,” ujarnya.