Institut Teknologi Bandung (ITB) masuk ke dalam perguruan tinggi yang aktif dalam penelitian dan pengembangan mobil listrik. Hingga kini, ITB telah melahirkan beberapa jenis purwarupa atau prototype mobil listrik.
“Kalau kita kembangkan mobil listrik jenis SUV. Kita kembangkan 1 platform dalam 12 varian. Kita juga kembangkan city car dan angkutan perkotaan (mobil listrik),” kata Ketua Tim Mobil Listrik Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi, kepada detikFinance, Selasa (15/3/2016).
Selain itu, ITB saat ini sedang melakukan pengkajian untuk pengembangan sepeda motor listrik roda 3 untuk memenuhi permintaan PT Pos Indonesia.
“Kita mencoba melakukan kajian prototype, kendaraan roda 3 bergerak listrik untuk pengiriman barang,” sebutnya.
ITB akan masuk dalam penelitian dan pengembangan mobil listrik kelas menengah ke bawah. Segmen mobil li strik ini masih terbuka lebar, karena segmen mobil listrik premium atau menengah atas telah dikuasai negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
“Masih banyak pasar bisa digarap kayak low end sampai middle. High end, kita serahkan ke negara maju,” sebutnya.
Untuk pengembangan mobil listrik ini, ITB melibatkan ratusan tenaga ahli, mulai dari profesor hingga mahasiswa yang berasal dari lintas jurusan dan fakultas.
“Kita melibatkan 6 orang guru besar, peneliti S3 ada 27, terus mahasiwa S1, S2, dan S3 ada 100 orang. Ini melibatkan 5 fakultas dan 12 kelompok kepakaran. Ini dikerjakan multi disiplin,” sebutnya. (feb/wdl)
RI Sebetulnya Tak Kalah dalam Riset Mobil Listrik
Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Mobil Listrik Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi, kepada detikFinance, Selasa (15/3/2016).
“Kalau dibandingkan negara tetangga sebetulnya posisi riset (mobil listrik) Indonesia nggak kalah,” kata Agus.
Namun, kondisi ini belum sebanding dengan dukungan pemerintah. Pemerintah Indonesia saat ini belum memiliki visi dan target terkait program mobil listrik.
Agus mengakui, dukungan program mobil masa depan ini mengendur pasca pergantian pemerintahan di 2014. Padahal, tren mobil listrik diproyeksi akan mewabah di 2020.
“Mobil listrik diprediksi booming di 2020. Saat itu, mobil listrik sudah bisa bersaing dengan mobil BBM,” sebutnya.
Agus menilai, program mobil listrik negeri tetangga memperoleh dukungan penuh dari pemerintahannya. Sebagai contoh, program mobil listrik di Thailand memperoleh persetujuan dari Perdana Menteri dan Parlemen, sedangkan program mobil listrik di Malaysia akan diresmikan oleh pemerintah.
“Kalau Filipina dia dapat support ADB (Asian Development Bank/Bank Pembangunan Asia) untuk pengembangan. Kalau negara maju Korsel, Jepang, China mereka sudah sangat maju dengan risetnya. Kalau pandangan kita yang penting komitmen pemerintah saja,” sebutnya. (feb/drk)
Daftar Mobil Listrik yang Pernah Dibuat Putra-Putri Indonesia
Negara maju di dunia saat ini sangat aktif melakukan penelitian dan pengembangan mobil listrik. Dana mengalir untuk mengembangkan mobil masa depan ini, tak terkecuali untuk negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Mobil listrik di negeri jiran itu memperoleh dukungan penuh pemerintah.
Sementara, isu mobil listrik Indonesia sempat meredup alias tidak ada berita proyek mobil listrik pasca pergantian pemerintah tahun 2014. Belum lagi ada isu kriminalisasi terhadap pencipta mobil listrik. Meski demikian, para peneliti dan penggiat mobil listrik tetap bekerja.
Hingga kini, para peneliti mobil listrik asal Indonesia telah melahirkan purwarupa atau prototype riset untuk mobil listrik nasional berbagai tipe yang tidak kalah dengan mobil listrik karya negara maju. Berikut ini, mobil-mobil listrik yang berhasil diciptakan oleh para peneliti dan pemerhati kendaraan masa depan Indonesia ini:
1. Selo
Mobil listrik tipe sport car ini sempat dipamerkan pada acara KTT APEC 2013 di Pulau Bali. Mobil listrik varian premium ini dirancang oleh Ricky Elson, salah satu pencipta mobil listrik yang tergabung dalam Pandawa Putra Petir. Mobil dirancang mirip Lamborghini Gallardo.2. Gendhis
Selain Selo, Ricky Elson menciptakan mobil listrik tipe minibus sejenis Alphard dengan nama ‘Gendhis’. Mobil kelas premium ini juga sempat dipamerkan pada KTT APEC di Nusa Dua Bali. Gendhis sendiri dirakit di rumah modifikasi asal Yogyakarta, Kupu-Kupu Malam.Saat proses finishing, mobil ini sempat mengalami permasalahan pada baterai.
3. Tucuxi
Sebelum lahirnya Selo, ahli mobil listrik lainnya bernama Danet Suryatama melahirkan mobil listrik sport bernama Tucuxi. Mobil listrik ini dibiayai oleh Dahlan Iskan. Mobil ini juga dirakit di rumah modifikasi asal Yogyakarta, Kupu-Kupu Malam. Mobil ini sempat dipamerkan di Jakarta. Usia Tucuxi tidak berlangsung lama. Mobil ini hancur saat dikemudikan oleh Dahlan. Tucuxi saat itu (6/1/2013), mengalami rem blong sehingga menabrak tiang listrik di Tawangmangu Karanganyar. Saat itu, mobil listrik dalam perjalanan Solo-Surabaya.4. Electric Car Ahmadi
Dasep Ahmadi, seorang ahli mobil listrik, berhasil meluncurkan mobil listrik kelas city car. Mobil listrik berwarna hijau sempat dipakai oleh Dahlan Iskan, saat menjadi Menteri BUMN.Mobil listrik tipe ini dirancang untuk kendaraan dalam kota.
5. Bus Listrik Ahmadi
Selain city car, Dasep Ahmadi melalui bendera PT Sarimas Ahmadi Pratama berhasil melahirkan prototype bus listrik made in Depok. Bus listrik ini dirancang untuk menyambut pagelaran KTT APEC 2013. detikFinance pernah merasakan proses uji jalan bus listrik ini saat berkeliling area Jakarta. Akibat pengadaan mobil listrik untuk KTT APEC ini, Dasep harus berurusan dengan aparat penegak hukum.6. Mobil Listrik LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ikut andil merancang kendaraan listrik. Tercatat, LIPI telah melahirkan beberapa purwarupa mobil listrik berjenis sedan dan bus.Kendaraan listrik itu diberi nama ‘Hevina’. Hevina memiliki 2 varian bentuk, yakni bentuk sedan dan bus yang diperuntukkan untuk executive meeting.
7. Mobil Listrik ITB
Institut Teknologi Bandung (ITB) masuk ke dalam perguruan tinggi yang aktif dalam penelitian dan pengembangan mobil listrik. Hingga kini, ITB telah melahirkan beberapa jenis purwarupa atau prototype mobil listrik seperti jenis sedan, angkutan barang dan bus. (feb/ang) Pencipta Mobil Listrik RI Dipenjara, Peneliti ‘Galau’
Peneliti mobil listrik nasional merasa cemas alias galau pasca hukuman terhadap salah satu pencipta mobil listrik, Dasep Ahmadi. Dasep sendiri divonis 7 tahun penjara dan denda Rp 200 juta, subsider 3 bulan kurungan karena melakukan korupsi pengadaan mobil listrik tahun 2013 untuk penyelenggaraan KTT APEC.
“Kalau pure peneliti, agak pusing karena peneliti hanya berkaitan engineering atau science bukan dikaitkan masalah hukum. Kita jadi agak hati-hati,” Ketua Tim Mobil Listrik Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi kepada detikFinance, Rabu (16/3/2016).
Selain cemas, peneliti juga bakal merasa enggan untuk lebih agresif dalam melahirkan berbagai purwarupa atau prototype mobil listrik karena khawatir bisa bernasib serupa.
“Jadi keengganan untuk mengembangkan listrik. Takut kalau mungkin seperti itu,” sebutnya.
Bila kecemasan ini masih berlangsung, ia khawatir perkembangan mobil listrik nasional menjadi lambat. Ujung-ujungnya, mobil listrik impor bisa menguasai pasar Indonesia.
Alhasil, Agus meminta pemerintah turun tangan dalam melindungi para peneliti. Ia juga berharap pemerintah menjadi pemimpin dalam pengembangan industri mobil masa depan seperti yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia, Thailand, dan Singapura.
“Kalau tren teknologi itu nggak bisa dihindari untuk mobil listrik. Mestinya di mana-mana pemerintah harus support supaya kita bisa berkiprah dan nggak hanya jadi pasar terus,” ujarnya. (feb/ang)
Negara-negara Ini Siap Jadikan RI Pasar Mobil Listrik
“Jepang, Korea, China, India. India negara berkembang yang serius kembangkan mobil listrik. Dia punya visi jelas sampai 2020. Dia sudah ekspor mobil ke Eropa,” kata Ketua Tim Mobil Listrik Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi, kepada detikFinance, Selasa (15/3/2016).
Indonesia bisa diserbu sebagai pasar semua segmen mobil listrik. China dan India bisa masuk dengan mobil listrik kelas menengah bawah, sedangkan Jepang dan Korsel masuk ke kelas menengah. Eropa dan AS unggul dalam mobil listrik kelas premium atau menengah atas.
“Kelas atas ada Eropa dan Amerika yang siap antre. Mereka berpikir ke depan, mereka nggak mungkin lagi bergantung ke energi fosil. Apakah kita mau serahkan pasar atau ikut berkontribusi di pasar domestik?” ujar Agus.
Agus memandang Indonesia sebagai pasar besar untuk industri otomotif. Setiap tahun, perputaran uang di industri otomotif Indonesia mencapai Rp 250 triliun.
“Pasar Indonesia masih besar, secara rasio kepemilikan mobil masih di bawah manusia (total penduduk). Artinya ekonomi tumbuh, maka industri otomotif akan tumbuh,” ujarnya.
Indonesia bisa menjadi penonton bila tidak bergerak cepat. Agus menilai perlunya dukungan kuat dari pemerintah, seperti diterima oleh pengembang mobil listrik negara tetangga dalam menciptakan basis industri mobil listrik nasional yang kuat.
Untuk bisa membangun mobil listrik, Agus memandang perlu ada visi yang jelas. Selanjutnya, pemerintah harus memberikan dukungan dalam bentuk regulasi dan infrastruktur.
Untuk regulasi, pemerintah bisa memberikan insentif pajak bagi kendaraan ramah lingkungan seperti mobil listrik.
“Harusnya semua ramah lingkungan harus diberi insentif. Kemudian pengaturan standar uji,” tambahnya.
Dari sisi infrastruktur dasar, Agus memandang pembangunan charger station atau Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) juga sangat diperlukan.
“Paling SPLU atau charging station. Ini perlu di-provide. Itu sejenis ‘SPBU’ untuk mobil listrik. Ini bisa disediakan oleh PLN dan ESDM,” sebutnya. (feb/wdl)