Seminar itu adalah sarana sosialisasi penelitian, pengembangan, dan perekayasaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan antariksa.
Ada 80 makalah didaftarkan. Lapan menerima 42 makalah dengan komposisi 12 makalah sebagai presentasi oral dan 30 makalah presentasi poster.
Lembaga pemerintah nonkementerian ini menyebutkan seminar tersebut diikuti 200 peserta dari berbagai instansi penelitian dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan antariksa, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan dari perguruan tinggi ada Institut Teknologi Bandung serta Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin, mengatakan, seminar itu adalah cara meningkatkan kapasitas intansinya sebagai pusat unggulan di ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan antariksa. Tujuannya untuk mendukung dalam mencapai kemandirian nasional di bidang tersebut.
“Cita-cita besarnya, yaitu Indonesia melalui Lapan ingin membangun pusat unggulan di bidang roket, satelit, dan penerbangan. Nantinya di masa depan, Indonesia juga akan membangun bandar antariksa sesuai yang tertuang dalam rencana induk keantariksaan,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan tertulisnya pada Minggu, 16 Agustus 2015.
Seminar itu, Thomas menambahkan, sebagai semangat bagi para peneliti dan perekayasa bahwa bangsa Indonesia dapat mengembangkan inovasi. Dengan demikian, mereka akan semakin termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas penelitian dan perekayasaannya.
Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain, yang ditujuk sebagai narasumber utama pada seminar itu, mengatakan tinjauan konseptual iptek dan kemandirian bangsa terdiri dari tiga komponen, yakni mandiri, berperan, dan berdaulat.
Mandiri adalah mampu memenuhi kebutuhan sendiri dan sejahtera. Kemandiran akan mengantarkan Indonesia jadi negara berdaulat atau sejajar dengan bangsa lain, dan akhirnya mampu berperan aktif dalam pergaulan global.
“Ketiga komponen ini akan kuat, jika berfondasi pada penyeranan, pengenalan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan berdasarkan penyerapan, penguasaan, penciptaan, dan pemanfaatan teknologi,” ujarnya.
Dilansir dari laman resmi Lapan, Lapan.go.id, sebagai pusat unggulan di bidang penerbangan, lembaga itu telah mengembangkan pesawat N219. Pesawat memiliki kandungan lokal yang tinggi dan akan meningkatkan konektivitas pulau-pulau kecil Nusantara.
Pesawat itu merupakan upaya lembaga penelitian dan pengembangan untuk mendukung industri penerbangan nasional sekaligus membangkitkan pengembangan teknologi penerbangan di Lapan. “Suatu saat nanti, Indonesia akan mampu membangkitkan kebanggaan 20 tahun silam dan kembali ke posisi yang membanggakan saat berhasil menerbangkan pesawat N250,” kata Thomas.
Selain pesawat transportasi, Lapan juga juga mengembangkan pesawat tanpa awak atau UAV. UAV buatan Lapan telah mendapat penghargaan dalam 20 inovasi pada Hakteknas 2015. Penghargaan tentunya menjadi penyemangat dalam pengembangan UAV dan pemanfaatannya.
Di bidang roket, Lapan berupaya mencapai penguasaan teknologi Roket Pengorbit Satelit. Thomas menjelaskan, target sekarang adalah mampu membangun roket yang dapat mengantarkan satelit kecil hingga ke orbit 300 kilometer.
Di bidang satelit, Lapan telah meluncurkan satelit mikro Lapan-Tubsat (Lapan-A1) pada 2007. Satelit generasi berikutnya, Lapan-A2, telah siap dan rencananya akan diluncurkan pada September 2015 dari India. Ia berharap, tahun depan satelit berikutnya, Lapan-A3 dan Lapan-A5, dapat diluncurkan. Di masa depan, Indonesia akan membuat konsorsium nasional guna membangun satelit operasional.
✈️ Vivanews