Sekretaris Fraksi PKS di DPR, Sukamta, menyatakan, “Saya harapkan segera dilakukan audit terhadap pesawat-pesawat yang dimiliki TNI AU agar jangan sampai ada insiden serupa terjadi lagi pada masa datang,” katanya.
Tuntutan audit berbagai hal terkait pesawat-pesawat tempur TNI AU ini baru dilontarkan sedikit kalangan.
Proses pengadaan, perawatan/pemeliharaan, dan pengoperasian pesawat terbang militer dan hampir semua arsenal TNI selama ini memang tidak diketahui secara terbuka. Salah satu penyebabnya adalah unsur kerahasiaan negara dan peraturan pendukung.
Jikapun ditanya alasan pemilihan suatu merek dan tipe –terutama yang belum bisa dibuat di Indonesia– jawaban yang lumrah dilontarkan petinggi matra-matra TNI dan Markas Besar TNI adalah, hal itu sudah berdasarkan kajian.
Sisi ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa jika ada kecelakaan, bisa melibatkan properti dan warga sipil sebagai korban. Selain kerugian keuangan dan kesempatan bagi negara.
Selain itu menurut dia, di Jakarta, Kamis, juga harus ada peningkatan kapasitas pilot sehingga mampu melakukan mitigasi agar siap jika terjadi potensi kecelakaan udara dan mampu menghindari timbulnya korban.
Sukamta juga meminta TNI AU memberikan memutakhirkan informasi yang pasti dan jelas kepada publik mengingat ada korban jiwa maupun luka-luka dari masyarakat atas kecelakaan mematikan pesawat tempur EMB-314 Super Tucano.
“Selain juga tentu perlu ada dukungan bantuan moral, spiritual, dan santunan kepada para korban maupun keluarga yang ditinggalkan,” katanya.
Dia juga menjelaskan, jangan sampai insiden ini menjatuhkan harga diri bangsa Indonesia.
Hal itu menurut dia karena sebelumnya hubungan Indonesia dengan Brazil sempat memanas akibat kebijakan pemerintah Indonesia yang mengeksekusi mati warga negara Brazil yang terlibat peredaran narkoba.
“Imbasnya, Duta Besar Indonesia untuk Brazil, Toto Riyanto, ditunda secara mendadak penyerahan surat kepercayaannya,” ujarnya.
Karena itu menurut dia, saat itu Februari 2015, pemerintah Indonesia juga sempat akan meninjau ulang kontrak pembelian pesawat EMB-314 Super Tucano.
“Ini soal marwah kita sebagai bangsa Indonesia,” katanya. Dia meminta pemerintah mengevaluasi kualitas teknologi pesawat tempur Indonesia pasca insiden pesawat EMB-314 Super Tucano dari Skuadron 21 TNI AU, di Malang, Jawa Timur, Rabu (10/2).
“Yang paling penting, saya mendorong agar dievaluasi kualitas teknologi dan produknya sehingga ke depan kalau membeli alat tempur dengan teknologi tinggi, harus dicari yang lebih bisa diandalkan,” katanya.
Dia mendorong agar segera dilakukan investigasi untuk mengetahui secara pasti penyebab pesawat tempur buatan Embraer SA, Brazil, itu jatuh.
Hal itu menurut dia untuk mengetahui apakah insiden itu disebabkan pesawatnya yang bermasalah ataukah karena faktor manusianya. Sampai kini dalam dunia penerbangan diakui tidak pernah ada penyebab tunggal satu kecelakaan pesawat terbang.
“Saya ingin mengungkapkan duka-cita yang mendalam atas insiden jatuhnya pesawat di Malang ini,” ujarnya.
Anggota Komisi I DPR itu mengatakan, pesawat EMB-314 Super Tucano ini baru dibeli –hadir pertama kali di Tanah Air pada September 2012– sehingga relatif tergolong belum lama usianya.
Dia mengatakan, belakangan ini pesawat TNI AU sering bermasalah. Mulai dari C-130B Hercules jatuh di Medan, F-16 Blok 25 eks Angkatan Udara Cadangan Amerika Serikat yang di-retrovit Blok52 ID Fighting Falcon terbakar di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan belum lama ini juga pesawat T-50i Golden Eagle jatuh saat atraksi Gebyar Dirgantara, di Yogyakarta.