Era Minyak di RI

Produksi Minyak RI Terancam Habis, Ini Siasat Pemerintah di Sisa 5 Bulanhttp://images.detik.com/content/2014/05/21/1034/135425_minyak320.jpegJakarta □ Cadangan minyak Indonesia makin menipis dan produksinya terancam habis, karena tidak ada penemuan cadangan baru yang signifikan. Di sisa 5 bulan masa pemerintahan, ada sejumlah hal yang akan dilakukan pemerintah.

Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono mengakui, masih banyak masalah yang menjadi kendala terwujudnya ketahanan energi di Indonesia.

“Kita menyadari banyak hambatan dan tantangan, yang harus kita atasi bersama sekarang dan tahun mendatang menyangkut tren penurunan migas nasional,” kata Boediono dalam pembukaan The 38th IPA Convex 2014 di Jakarta Convention Center (JSS), Jakarta, Rabu (21/5/2014).

Penurunan produksi migas nasional terutama diakibatkan oleh kondisi umum sumur-sumur minyak yang sudah memasuki masa penuaan, dan menyebabkan realisasi lifting selalu di bawah target.

“Khusus minyak bumi, 88% total cadangan awal sudah terkuras selama 60 tahun, semakin menurunnya kualitas minyak diproduksi,” tutur dia.

Untuk itu, tren kemerosotasn ini menurut Boediono harus segera ditangani. “Untuk itu, dalam lima bulan masa bakti kami (kabinet Indonesia bersatu II), kami akan melakukan beberapa hal. Pertama, meningkatkan koordinasi antar instansi dalam meminilaisir kendala dari sisi pemerintah baik di sisi pemerintah maupun daerah,” ujar dia.

Kedua, lanjutnya, mengamankan wilayah pengembangan migas yang sudah berjalan agar tidak makin tertunda lagi. Ketiga, meminta Pertamina sebagai perusahaan migas nasional untuk merealisasikan potensi cadangan.

Keempat, memperbaiki seluruh mata rantai tata kelola migas dari hulu sampai hilir yang belum optimal. Misalnya menetapkan alokasi migas, membangun infrastruktur.

“Kelima, Mengoptimalkan pengelolaan cadangan migas eksisting dari sumberdaya yang belum dimaksimalkan. Dan keenam, menciptakan iklim yang kondusif sehingga menarik bagi investor untuk menarus dananya di industri migas nasional,” pungkas dia.(dnl/dnl)Era Cari Minyak Mudah di RI Telah Berakhirhttp://images.detik.com/content/2014/05/21/1034/ipa2.jpgProduksi minyak bumi di Indonesia saat ini terus turun, sementara kebutuhannya makin meningkat. Mencari sumur dan ladang minyak serta gas baru di Indonesia makin sulit.

Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz mengatakan, era produksi minyak dan gas bumi mudah telah berakhir, karena sebagian besar minyak dan gas bumi yang ada di Indonesia kebanyakan berada di laut dalam.

“Era easy oil and easy gas (minyak dan gas mudah) sudah berakhir. Itu 75% migas ada di deep water,” ucap Lukman dalam pembukaan The 38th IPA Convex 2014 di Jakarta Convention Center (JSS), Jakarta, Rabu (21/5/2014).

Lukman mengungkapkan, karena sebagian besar migas ada di laut dalam, tentunya membutuhkan keahlian tertentu, teknologi yang modern dan canggih dan tentunya membutuhkan dana yang jauh lebih besar.

“Biaya pengeboran makin tinggi, naik 5 kali lipat dalam 10 tahun terakhir, hal tersebut menyebabkan eksplorasi semakin sulit,” ujarnya.

Ia menambahkan, apalagi selama 4 tahun terakhir tidak banyak cadangan minyak baru yang didapat di Indonesia.

“Dalam 4 tahun terakhir kita hanya nambah 8 juta barel setara minyak per penemuan minyak, sementara rata-rata negara lain tambah cadangan minyaknya mencapai 20-35 juta barel setara minyak per penemuan minyak,” tutupnya.(rrd/dnl)Sudah Habis Rp 19 Triliun, 12 Perusahaan Migas Dapat Sumur KeringMencari minyak bumi di Indonesia makin tidak mudah, kendala dan risiko kegagalan makin tinggi. Buktinya, ada 12 Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang mengebor minyak, namun tidak mendapatkan minyak atau gas bumi.

Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz mengatakan, mencari minyak bumi di Indonesia saat ini makin sulit, dibutuhkan dana yang besar, teknologi modern, dan keberanian. Karena bila gagal, tidak ada orang yang mau mengganti kerugian.

“Buktinya 12 KKKS yang telah mengelontorkan dana US$ 1,9 miliar (Rp 19 triliun) untuk mengebor di laut dalam tidak menemukan cadangan migas yang ekonomis, memang ada 1 kontraktor yang berhasil mendapatkan gas bumi 6 triliun kaki kubik (TCF) di Papua (Genting Oil),” ucap Lukman dalam pembukaan Pameran The 38th IPA Convex 2014, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (21/5/2014).

Lukman mengatakan, Indonesia harus menambah cadangan minyaknya, apalagi cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar barel, sementara kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) per hari terus meningkat.

Menurut data Kementerian ESDM, kebutuhan BBM nasional per hari mencapai 1,5 juta barel.

“Sementara dari pengeboran yang dilakukan menghasilkan hidrokarbon 85% berupa gas bumi, sedangkan 15% mengandung minyak bumi. Dan 75% potensi migas ada di laut dalam saat ini,” ungkapnya.

Lukman menambahkan, IPA memperkirakan dengan pertumbuhan ekonomi tiap tahun dapat dijaga 6%, maka kebutuhan BBM pada 2025 meningkat 3 kali lipat.

“Konsumsi BBM kita pada 2025 naik 3 kali lipat dari 3,3 juta barel setara minyak per hari (boepd) menjadi naik 7,7 boepd, jika tidak mengandalkan produksi minyak dalam negeri artinya impor BBM semakin tinggi,” tutupnya.(rrd/dnl)

  detik