Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di industri galangan kapal, PT PAL Indonesia (Persero) tengah bekerja keras merampungkan kapal selam ketiga yang dipesan oleh Korea Selatan, dengan turut menggandeng Daewoo.
Pembangunan kapal selam ketiga ini dilakukan di galangan kapal PT PAL Indonesia dengan proses transfer of technology (ToT). Pesanan kapal selam ketiga dari negeri ginseng diperkirakan akan dimulai pada 2017 mendatang.
“Di 2017 mulai kapal ketiga di PT PAL,” terang Direktur Utama PT PAL, Firmansyah Arifin, saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (7/4/2016).
Dalam pembangunan kapal selam ketiga untuk Korea Selatan, PT PAL telah mengirimkan 206 teknisinya untuk transfer pengetahuan mengenai pembangunan kapal selam ke Korea Selatan.
Transfer teknologi dilakukan dengan berperan dalam pembangunan dua kapal selam pesanan Korea Selatan yang dibangun di Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), Korea Selatan. Dari 206 teknisi yang dikirim, 120 di antaranya sudah kembali ke tanah air.
“Dari 206 engineer, 120 orang sudah balik,” tutur Firmansyah.
Korea Selatan menjadi pilihan kerja sama PT PAL dalam membangun kapal, karena negeri ginseng tersebut menyetujui adanya transfer teknologi. Hal ini menjadi pertimbangan penting agar anak bangsa bisa mengembangkan industri galangan kapal di dalam negeri.
“Salah satu pilihannya adalah transfer teknologi,” ujar Firmansyah.
Pembangunan pesanan kapal selam ketiga yang dilakukan di PT PAL dipastikan dapat dimulai pada 2017 mendatang, seiring dengan sudah didapatkannya pendanaan dari negara.
“PMN (Penyertaan Modal Negara) sudah cair,” singkat Firmansyah. (drk/dnl)
Bisa Bertahan 3 Minggu di Bawah Laut
Dalam desain kapal yang sudah dirancang, PT PAL mengadopsi teknologi baru yang belum pernah digunakan sebelumnya.
“Digerakkan pakai listrik. Jadi dia ada baterai, kalau di atas air mengisi aki terus turun lagi,” jelas Direktur Utama PT PAL (Persero), Firmansyah Arifin, saat ditemui di bilangan Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (7/4/2016).
Kapal selam pesanan untuk TNI AL ini dirancang untuk bisa bertahan di bawah air laut selama 3 minggu dan mampu memuat 60 orang.
“Tahan 3 mingguan, muat personelnya hampir 60-an,” ujar Firmansyah.
Kapal selam ini juga dirancang dengan skala kebisingan dan getaran yang amat rendah. Sehingga mampu berkamuflase dan tidak mudah terdeteksi oleh kapal yang berada di atas laut.
“Syarat tidak ada suara, vibrasinya rendah,” singkat Firmansyah. (drk/dnl)
PAL Produksi Kapal Selam di Surabaya Mulai 2017
Sisanya, satu unit terakhir atau pesanan ke-3 akan dibangun pada fasilitas galangan kapal milik PAL di Surabaya, Jawa Timur. Pembangunan di Indonesia baru dimulai tahun 2017.
“Diproduksi di Surabaya mulai 2017,” Kata Direktur Utama PAL, Firmansyah Arifin kepada detikFinance, Jumat (8/4/2016).
Saat ini, PAL sedang menyelesaikan pembangunan fasilitas galangan dan infrastruktur pendukung untuk pengembangan kapal selam di Surabaya.
“Setelah fasilitas di PAL selesai (kapal selam dibangun di Surabaya),” sebutnya.
Selain membangun fasilitas galangan dan infrastruktur produksi kapal salam di Surabaya, PAL tercatat telah mengirimkan 206 insinyur untuk terlibat dalam proses produksi dan mengikuti program transfer teknologi (transfer of technology) di Korsel.
“Dari 206 engineer, 120 orang sudah balik,” tutur Firmansyah.
Bila dimulai tahun 2017, kapal selam ke-3 pesanan TNI AL akan dikirim paling lambat pada 2020.
“Kurang lebih 2-3 tahun untuk pembangunan. Paling lambat 2020 selesai,” ujarnya.
RI Butuh 12 Kapal Selam
Meski akan ada tambahan 3 unit lagi sampai 2020, Indonesia masih membutuhkan tambahan kapal selam untuk mengawasi perairan Indonesia yang terdiri dari belasan ribu pulau.
Direktur Utama PAL, Firmansyah Arifin menyebutkan, setidaknya militer Indonesia memerlukan 10-12 unit kapal selam.
“Idealnya paling tidak lebih 10-12 kapal selam,” kata Firmansyah kepada detikFinance, Jumat (8/4/2016).
Firmansyah menyebutkan, ke depannya kebutuhan kapal selam di lingkungan TNI AL bisa dipenuhi dari galangan kapal milik PAL. Kini PAL telah membangun fasilitas pengembangan dan produksi kapal selam di Surabaya, Jawa TImur. Para insinyur PAL juga telah memperoleh pengalaman memproduksi kapal selam usai mengikuti program Transfer of Technology dari DSME.
Untuk produksi di Surabaya, PAL juga akan menggandeng industri komponen kapal militer lokal.
“Kita mau buka peluang industri perkapalan di Indonesia yang berorientasi militer. Pada suatu waktu akan lahir kapal local content sangat besar. Sekarang masih dikit karena kita baru andil kirim SDM (ke Korsel),” sebutnya.
Selain membangun kapal selam, PAL juga mempersiapkan fasilitas perawatannya. Selama ini, perawatan kapal selam dilakukan di luar negeri. Biaya perawatan kapal selam pun tidak sedikit, bahkan ada yang bertarif US$ 50 juta untuk perawatan 1 kapal.
“Ada fasilitas PAL sehingga perawatan ke depan bisa dilakukan di Indonesia sehingga bisa penghematan devisa,” ujarnya. (feb/hns)