Sepak terjang bisnis dari Badan Usaha Milik Usaha (BUMN) Indonesia di luar negeri sudah berlangsung sejak lama. Salah satunya dilakukan BUMN konstruksi, PT Hutama Karya (Persero).
Hutama Karya pada era 1990-an sudah melebarkan sayapnya ke Malaysia, Filipina, sampai Papua Nugini menjadi kontraktor untuk proyek-proyek infrastruktur jalan tol hingga jalan utama.
Untuk proyek di Filipina, Hutama Karya pernah membuat proyek Metro Manila Sky Way atau jalan tol layang sepanjang 9,5 kilometer (km). Proyek ini merupakan pembangunan jalan tol terbesar dan pertama di Filipina.
Proses konstruksi berlangsung selama 3,5 tahun yakni dimulai tahun 1996 dengan nilai kontrak US$ 376 juta. Hutama Karya dipilih karena saat itu karena mewarkan teknologi konstruksi sosrobahu karya anak bangsa.
“Hutama Karya pernah pengalaman di Malaysia, Filipina, Papua Nugini. Di Filipina, Hutama Karya yang bikin sky way atau bikin jalan tol pertama kali di Filiphina,” kata Direktur Operasi I Hutama Karya R Soetanto kepada detikFinance di Kantor Pusat Hutama Karya, Jakarta, Selasa (16/9/2014).
Sedangkan proyek di Malaysia adalah pembangunan jalan tol Anyer Hitam sepanjang 10 kilo meter. Proyek yang dibangun tahun 1990-1993 juga merupakan pembangunan jalan tol pertama di negeri jiran tersebut.
“Di Malaysia itu tol. Itu pertama kali Malaysia punya tol dan kita yang bikin,” jelasnya.
Soetanto juga menerangkan tentang perkembangan proyek jalan tol di Malaysia yang saat ini dinilai melampaui pembangunan jalan tol di Indonesia. Di Malaysia proses pembebasan lahan bukan menjadi kendala utama seperti di Indonesia.
“Karena kita susah pembebesan lahannya. Di Malaysia lahannya dari pemerintah,” sebutnya.
Tidak hanya berhenti di situ, Hutama Karya juga berpengalaman membangun proyek jalan utama di Papua Nugini dan Timor Leste.
Untuk Timor Leste, meski bukan lagi menjadi bagian atau provinsi Indonesia namun otoritas di sana berkesan terhadap hasil pekerjaan Hutama Karya. Alhasil pemerintah Timor Leste datang ke kantor Hutama Karya untuk mengundang dan mengerjakan proyek jalan. Saat ini, perseroan masih menunggu pengumuman pemenang tender dari otoritas Timor Leste.
“Kita lagi tender di Dili tapi sekarang belum diumumkan. Mudah-mudahan kita bisa dapat. Itu jalan biasa,” jelasnya.
Saat menggarap proyek di Timor Leste, Hutama Karya akan membawa tenaga ahli atau insinyur untuk melatih tenaga lokal.
“Kita bawa tenaga ahli sehingga mereka terlatih. Kita mengajari. Paling kita kirim beberapa tenaga ahli,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama Hutama Karya I Gusti Ngurah Putra menjelaskan perseroan saat ini pihaknya masih fokus ke Timor Leste untuk mengerjakan proyek di luar negeri. Meskipun pasar ASEAN saat ini masih terbuka lebar.
“Timor Leste fokus. Baru Tol Trans Sumatera. Kalau kebanyakan, tangkap belalang 5, nanti nggak ada yang ketangkap,” jelasnya.
Putra menjelaskan proyek-proyek di luar negeri memberi hasil atau return yang tinggi terhadap Hutama Karya. Bahkan keuntungan yang dihasilkan bisa 2-3 lipat dibandingkan proyek di dalam negeri.