Menurut Wahid, beberapa pangkalan udara sudah dimanfaakan sebagai bandara komersial, seperti Abdurahman Saleh di Malang dan Halim Perdanakusuma di Jakarta. Ia memprediksi Lanud Iswahjudi juga bisa berfungsi melayani penerbangan sipil sekaligus memenuhi kepentingan militer.
“Masalah itu yang sedang kami diskusikan bersama pihak Lanud Iswahjudi, pemerintah daerah Madiun dan sekitarnya,” katanya seusai rapat sinkronisasi rencana pengembangan Lanud Iswahjudi sebagai bandara komersial di kantor Badan Koordinator Wilayah Madiun, Rabu, 3 September 2014.
Menurut Wahid, pembahasan masalah tersebut akan berlanjut. Tujuannya adalah mengkaji lebih lanjut dampak keberadaan bandara komersial di Magetan dari sisi perkembangan ekonomi dan kebutuhan militer. “Apakah ada celah untuk membuat bandar udara yang tetap memprioritaskan unsur pertahanan dan keamanan. Ini yang perlu dibahas lebih lanjut,” ujar Wahid.
Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Dony Ermawan mengatakan pangkalan udara itu bisa saja digunakan untuk kepentingan militer dan komersial. Namun, rencana itu harus dikaji lebih dalam dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait, seperti TNI Angkatan Udara, Dewan Perwakilan Rakyat, dan pemerintah daerah serta pusat. “Mudah-mudahan ada titik temunya,” ujar Dony.
Namun, ia mengatakan, fungsi militer tetap harus diprioritaskan. Apalagi Lanud Iswahjudi memiliki tiga skuadron tempur, yaitu 3, 14, dan 15. Masing-masing skuadron berisi pesawat tempur andalan TNI AU, seperti F-16, F-5, T-5, dan Hawk. “Kekuatan tempur, termasuk kerahasian dan aspek keamanan di dalamnya, harus tetap kami lindungi,” kata Dony.
★ Tempo