Berdasarkan laporan dari PBB, dalam 12 tahun mendatang, suhu global Bumi akan memanas 1,5 derajat Celcius. Hal ini diprediksi akan memperburuk deretan risiko, mulai kekeringan, banjir, panas ekstrem, hingga kemiskinan bagi jutaan orang.
Nah, ternyata ada cara yang cukup unik untuk mencegah pemanasan global terjadi. Hal ini berdasar dari satu fakta bahwa produksi makanan menyumbang seperempat emisi gas rumah kaca akibat ulah manusia. Hal ini pun akan meningkat karena produksi pangan yang juga meningkat.
Tentu kita tidak serta merta bisa untuk seketika tidak memakan makanan dari ternak seperti sapi atau ayam. Pasalnya pergeseran untuk mengkonsumsi produk kacang-kacangan juga berpotensi menggunduli hutan jika hal tersebut populer.
Konsumsi Serangga
Solusi datang dari ilmuwan dengan konsumsi serangga. Hal ini disebut ilmuwan sebagai solusi dari kekurangan pangan global dan pengurangan emisi global yang bersumber dari peternakan hewan. Pasalnya, jumlah serangga yang banyak dan tidak adanya emisi yang dihasilkan menjadi sebuah jawaban.
Bisa dipastikan hampir semua orang tidak merasa senang dengan solusi ini. Justru banyak yang jijik, bahkan hanya sekedar membayangkan dirinya menyantap belalang.
Seorang peneliti bernama Sebastian Berger menyebut bahwa teknologi pertanian telah canggih sehingga serangga dapat telah benar-benar bisa dimakan, bukan sekedar lagi makanan ekstrim seperti yang jadi khazanah kuliner di beberapa negara Asia Tenggara seperti Thailand atau di Meksiko.
Bahkan satu perusahaan pangan bernama Essento Food AG telah berhasil memasarkan serangga sebagai makanan kelas atas yang rasanya lezat.
Sang peneliti juga menyebut kalau serangga harus “disushikan”, karena masyarakat barat baru menerima ikan mentah untuk dikonsumsi tidak sampai dua dekade ke belakang. Kini, sushi dianggap sebagai makanan lezat dan kelas atas.
merdeka