Raganya boleh di kerangkeng, tapi tanggung jawabnya tetap jalan. Itulah sosok Yulian Paonganan alias Ongen, sang Maestro Drone yang ditahan atas dugaan melanggar UU Pornografi dan UU ITE.
Sebelumnya di Twitter dan FB, Ongen memposting foto Jokowi dan Nikita disertai hastag #PapaMintaPaha dan #PapaDoyanLonte serta alat kelamin anak kecil yang polisi jadikan dasar untuk jerat dia dengan pasal itu.
Tanggung jawabnya dia tunjukan dengan merampungkan drone pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan). Saat ini, pesanan Kemenhan sudah mencapai 80% dan ditargetkan akan diserahkan akhir Maret.
Seperti disampaikan oleh salah satu Staf Ongen Adhitya Anantaka yang mengatakan tiga unit pesanan Kemhan diantaranya dua unit untuk pengawasan perbatasan darat dan satu unit khusus untuk pengawasan ZEE Natuna sudah proses akhir.
“Kita berkomitmen akhir Maret ini drone sudah bisa diserahkan ke Kemenhan, dan setiap jam besuk tim teknis gantian konsultasi langsung ke Pak Ongen di tahanan Bareskrim Mabes Polri“, ujar Adhitya melalui rilis yang diterima Sindonews, Sabtu (5/3/2916).
Dijelaskan oleh Adhit, drone buatan Ongen yang untuk perbatasan memiliki dimensi wing spans (bentang sayap) 4,2 meter, sedangkan untuk ZEE Natuna ukuran lebih besar memiliki wing spans 6,4 meter.
“Setiap unit terdiri atas satu mobile GCS (Ground Control Station) dan dua set pesawat. Mobile GCS utk drone perbatasan berupa truck box yang dilengkapi perangkat system control monitor, sedangkan mobile GCS untuk drone pengawasan ZEE Natuna berupa kapal karena akan lebih banyak di operasikan di laut,” bebernya.
Saat ditanya mengenai kemampuan drone itu, Adhit menjelaskan kemampuan drone OS-Wifanusa nama dari drone buatan Ongen itu memiliki kemampuan terbang hingga mencapai 10 jam nonstop dengan jarak tempuh mencapai 1000 km. “Drone ini juga dilengkapi kamera system canggih dan autonomous system tercanggih saat ini buatan Kanada,” terangnya.
Adhit menambahkan, salah satu kelebihan drone buatan Ongen ini adalah mampu take off dan landing di darat dan di air. “Kita sudah beberapa kali melakukan uji coba di waduk Jatiluhur. Semuanya, berajalan sempurna,” tegasnya.
Sekadar catatan, Ongen telah melakukan riset untuk membuat drone dengan nama OS-Wifanusa selama hampir 1,5 tahun. Melalui Indonesia Martim Institute Ongen melakukan riset tersebut dan telah membuat pesawat flyingboat prototipe skala 1:3 yang berhasil terbang sempurna dan ini yang dijadilan drone atau pesawat tanpa awak.
Kini, selain mengerjakan drone pesanan Kemhan, juga tetap merampungkan prototipe skala 1:1 yang nantinya bisa diawaki empat orang. Untuk drone tersebut sudah lulus uji sertifikasi dari litbang TNI AL dan sertifkat TKDN 28.01% dari Kemenperin. (kri)