Satelit karya anak bangsa LAPAN-A2/Orari yang diluncurkan 28 September 2015 masih berupa eksperimen dan hanya memiliki 20 persen peran operasional.
Namun pada fase pengujian Launch and Early Orbit Phase (LEOP) untuk 2 bulan pertama, satelit ini menunaikan fungsinya dengan baik.
“Di sektor kemaritiman yang menjadi prioritas, LAPAN-A2 bisa mendeteksi pergerakan 2,4 juta kapal laut per hari,” ujar Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, saat ditemui di Gedung LAPAN, Jakarta, pada Senin, 23 November 2015.
Thomas mengatakan, data pengamatan kapal laut itu masih bersifat global sehingga harus disaring (extract) lagi untuk mengidentifikasi jumlah dan sirkulasi kapal Indonesia. “Datanya melimpah, untuk itu kami bekerja sama dengan otoritas maritim Indonesia dalam memanfaatkan data tersebut.“
Menurut Thomas, identifikasi kapal asing dan kapal Indonesia menjadi wewenang pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dalam hal ini akan turun tangan menangani kapal asing yang masuk tanpa izin untuk tujuan tertentu, seperti illegal fishing.
“Metode identifikasinya sedang dikembangkan lagi agar bisa lebih cepat disaring. Sistem manual tak mungkin dilakukan karena datanya terlalu banyak,” ujar Thomas.
Dalam fase 2 bulan LEOP yang merupakan masa kritis hidup satelit, LAPAN-A2 mampu menerima dan memproses perintah dari bumi. Indikator kesehatan juga menunjukkan bahwa baterai, sistem radio, dan komputer satelit berfungsi baik.
“Pada fase itu satelit rentan mengalami kegagalan karena tak mampu menahan beban selama peluncuran, tapi komponen LAPAN-A2 bekerja baik,” katanya. LAPAN-A2 diluncurkan ke orbit ekuatorial (khatulistiwa) dengan menumpang pada satelit peluncuran roket milik Indian Space Research Organization (ISRO) di Sriharikota, India.